REFLEKSI SETELAH LEBIH DARI TUJUH PULUH TAHUN INDONESIA
MERDEKA
Oleh:Kristian Griapon
Kemerdekaan Indonesia yang sesungguhnya masih dipertanyakan
oleh pemerhati sejarah kemerdekaan Indonesia, apakah 17 Agustus 1945 (NKRI)
atau 27 Desember 1949 (RIS)? Secara Defacto Ketatanegaraan dijalankan diatas dasar Konstitusi, 17 Agustus 1945 “NKRI”, namun secara Deyure Pengakuan Kedaulatan Indonesia diatas dasar konstitusi
Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Negara Jajahan Indonesia, Kerajaan Belanda melalui
meja perundingan yang ditengahi utusan Dewan Keamanan PBB pada, 27 Desember
1945 di Den Haag Belanda.
Terbentuknya Pemerintahan Republik Indonesia Serikat
Republik
Indonesia Serikat (RIS) terdiri dari 7 negara bagian dan 9 daerah otonom[1] dengan masing-masing mempunyai luas
daerah dan jumlah penduduk yang berbeda. Di antara negara-negara bagian yang
terpenting, selain Republik Indonesia yang memiliki luas daerah dan jumlah
penduduk terbanyak, ialah Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra Selatan, Negara
Pasundan, dan Negara Indonesia Timur.
Tangggal
14 November 1949, rombongan delegasi Indonesia di bawah pimpinan Mohammad Hatta
tiba kembali di Yogyakarta. Hasil dari KMB perlu diratifikasi oleh semua negara
dan daerah otonom yang menjadi anggota RIS, dalam hal ini oleh pemerintah
Indonesia, dan semua negara-negara federal.
Pada
tanggal 14 November 1949 di Jakarta, wakil dari semua anggota BFO dan
pemerintah Indonesia menandatangani konstitusi RIS. Sementara itu, sejak awal
Desember 1949 di Yogyakarta KNIP mulai membahas hasil KMB.
Ketika
sidang pleno KNIP, banyak anggota yang sadar pembentukan RIS sebenarnya adalah
penyelewengan terbesar proklamasi kemerdekaan. Meskipun demikian, KNIP
menyadari tidak ada jalan lain, selain menerima segala naskah yang dibuat oleh
KMB di Den Haag. Ditambah naskah kontitusi RIS, yang tidak dapat dirubah sediki
pun. Sehingga mereka hanya harus menerima dan mengesahkan saja. KNIP juga harus
memilih seorang wakil bagi setiap 12 anggota KNIP, untuk duduk dalam dewan
perwakilan RIS'
Setelah
satu minggu bersidang, diambil pemungutan suara untuk pengesahan seluruh hasil
KMB dengan hasil, 236 suara menerima, dan 62 suara menolak hasil KMB. Taggal 15
Desember 1949, KNIP meratifikasi hasil-hasil KMB.
Selain
menunjuk wakil-wakil untuk duduk di Senat RIS, KNIP juga menunjuk wakil-wakil
Indonesia untuk duduk di Dewan Perwakilan Rakyat RIS. Sama halnya dengan
negara-negara anggota BFO, yang mengirim wakil untuk duduk di Senat dan DPR
RIS.
Pada
tanggal 16 Desember 1949 di Yogyakarta, Panitia Pemilihan Nasional RIS memilih
Soekarno menjadi presiden Indonesia Serikat pertama, dan peresmiannya dilakukan
tanggal 17 Desemer 1949. KNIP kemudian mengangkat Mr. Assaat Datuk Mudo, ketua
KNIP, sebagai pemangku jabatan Presiden Indonesia. Dengan demikian, MR. Assaat
de facto presiden Indonesia kedua yang memegang jabatan ini hingga
dibubarkannya RIS pada tanggal 17 Agustus 1950 oleh Soekarno.
DPR
RIS kemudian memilih empat orang menjadi formatur kabinet, yaitu Mohammad
Hatta, Anak Agung Gde Agung, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan Sultan Hamid
II. Pada 19 Agustus 1949 terbentuklah kabinet RIS dengan susunan:
Perdana
Menteri : Mohammad Hatta
Menteri
Luar Negeri : Mohammad Hatta
Menteri
Pertahanan :
Hamengku Buwono IX
Menter
Dalam Negeri :
Ide Anak Agung Gde Agung
Menteri
Keuangan : Syafruddin
Prawiranegara
Menteri
Perekonomian : Ir. Juanda
Menteri
Perhubungan dan Pekerjaan Umum: Ir. H. Laoh
Menteri
Kehakiman : Prof. Dr. Mr. Soepomo
Menteri
P dan
K :
dr. Abu Hanifah
Menteri
Kesehatan : dr. Josef Leimena
Menteri
Perburuhan :
Mr. Wilopo
Menteri
Sosial :
Mr. Kosasih Purwanegara
Menteri
Agama : K. H. Wahid Hasyim
Menteri
Penerangan :
Arnold Mononutu
Menteri
Negara : Sultan
Hamid Alkadrie II, Mr. Mohammad Roem, Dr. Suparno.
Kabinet ini merupakan Zaken Kabinet (mengutamakan keahlian dari anggota-anggotanya), dan bukan
kabinet koalisasi yang bersandar pada kekuatan partai-partai politik.
Upacara penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada
pemerintah Indonesia Serikat berlangsung bersamaan di dua tempat. Pada 27
Desember 1949 di Paleis op de Dam di Amsterdam, Belanda. Perdana menteri
RIS Mohammad Hatta atas nama pemerintah RIS, menerima kedaulatan dari Ratu
Juliana, dan di Jakarta, Wakil Perdana Menteri RIS, Hamengku Buwono IX menerima
kedaulatan RIS dari wakil tinggi mahkota Belanda, A. H. J. Lovink.
[1] 7 negara bagian itu adalah
Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur,
Negara Madura, Negara Sumatra Timur, dan Negara Sumatra Selatan. Sementara yang
termasuk ke dalam 9 daerah otonom adalah Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Dayak
Besar, Kalimantan Tenggara, Kalimantan Timur, Bangka, Belitung, dan Riau.
Soekarno Menggulingkan Presiden RIS Mr.Assaat Serta Kabinetnya, Dan Membubarkan RIS Pada, 17 Agustus 1950
Soekarno melalui Negara Bagian Republik Indonesia yang berkedudukan di Jakarta, di dukung oleh Tentara Keamanan Rakyat (TNI), menggulingkan Pemerintahan RIS yaitu pada 17 Agustus 1950, dan mengantikan konstitusi negara NKRI, 17 Agustus 1945, dan menjadi presiden NKRI Pertama, serta membuat “Dekret Presiden, 5 Juli 1959” guna dijadikan dasar pengakuan NKRI.
Dampak dari penggulingan pemerintahan RIS terjadi perlawanan di daerah-daerah negara bagian oleh Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS), terhadap NKRI. Pada periode 17 Agustus 1950 s/d 1965, Indonesia menghadapi berbagai pemberontakan bersenjata terutama di wilayah-wilayah bekas Federasi Indonesia Serikat yang tidak sepaham dengan NKRI, mempertahankan Negara Federasi. Perimbangan kekuatan yang tidak seimbang antara ABRI dan APRIS akhirnya gerakan-gerakan ini dapat ditumpas.
Di Bandung terbentuk Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang mengirimkan ultimatum kepada
Pemerintah NKRI menuntut diakui sebagai
tentara Pasundan dan menolak pembubaran negara itu.
Sementara itu, di Kalimantan Barat
Sultan Hamid menolak masuknya TNI kedaerah itu, serta menolak untuk mengakui menteri
pertahahan NKRI dan menyatakan bahwa dia yang berkuasa di daerah
tersebut. Di Makassar muncul pemberontakan Andi Aziz, dan di Ambon pemberontakan Republik Maluku Selatan dipimpinoleh Dr.Chris Soumokil (RMS). Danpemberontakan DI/TII Kartosuwiryo ,dan.
Pada, 15 Februari 1958 Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) terbentuk di Sumatera Selatan dibawah pimpinan LETKOL Ahmad Husein, diikuti dibentuknya Dewan Gajah di Sumetera Utara dibawah Kolonel Maludin Simbolon, Dewan Garuda di Sumatera Selatan Pinpinan LETKOL Barsilian, dan Dewan Manguni Sulawesi Selatan Pimpinan LETKOL Ventje Sumual. PRRI adalalah puncak dari perlawanan Federasi RIS yang akhirnya dilumpuhkan oleh kekuatan ABRI dan pda , 29 Mei 1961 Ahmad Husein menyerah
Keadaan ini sengaja diwariskan oleh
kekuatan reaksioner Belanda, dengan tujuan mempertahankan kepentingan
dan membuat kondisi RIS kacau. Jika usaha ini berhasil, maka dunia
Internasional akan menganggap RIS tidak mampu memelihara keamanan dan
ketertiban di wilayahnya. Selain disibukkan dengan suasana nasional yang
tidak stabil akibat bom waktu yang sengaja ditinggalkan pihak
kolonialis, pemerintah masih harus menghadapi pemberontakan DI/TII
Kartosuwiryo.(**)
Referensi:
- Wikipedia, Sejarah Indonesia, Orde Lama, Soekarno.
- Rifai Shodiq Fathoni, Wawasan, Sejarah, Sejarah Indonesia ,blog, Aug, 2017. id.m.wikipedia.org.