Selasa, 27 November 2018


KOLONI BANGSA SPANYOL DAN PORTUGIS DI NIEUW GUINEA, HINDIA  BELANDA, DAN ZENDING PIONIR PERADABAN  BANGSA  PAPUA.
Kajian Oleh:Kristian Griapon-Publikasi-Rabu, 28 November 2018

Koloni Bangsa Spanyol dan Portugis di Papua Barat





























Jatuhnya Ibukota Romawi Timur Konstantinopel ketangan bangsa Turki Utsmania pada tahun 1453 membuat perubahan besar di eropa dalam bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Jalur perdagangan eropa- asia yang semula berpusat di laut  tengah sebagai bandar yang menghubungkan Genova ,Venesia dan Konstantinopel lumpuh, hal ini mengakibatkan hubungan dagang eropa - asia terputus.

Persoalan  'Dagang dan Agama'  yang bersangkut paut  menjadi alasan utama mendorong bangsa barat mencari jalur baru pelayaran eropa-asia yang sebelumnya dikuasai oleh saudagar-saudagar  islam. Peristiwa ini menjadi tonggak penjelajahan daerah-daerah baru guna kelangsungan Perdagangan, Penyebaran agama, dan Dijadikan daerah-daerah koloni.

Penjelajahan bumi dimulai sejak abad XV tahun masehi (tahun 1400 masehi) oleh bangsa bangsa eropa. Hal ini ditandai dengan penemuan benua Amerika oleh seorang bangsa Inggris bernama Columbus pada akhir abad XV tahun 1492. Penemuan benua Amerika mendorong pelayaran, perdagangan dan kolonisasi bangsa bangsa lainnya di eropa.

Bangsa Spanyol dan Portugis adalah dua alat kekuasaan Roma Katolik (RK) di eropa. Untuk menghindari terjadi perlawanan dan persaingan di daerah  daerah baru dikalangan kedua bangsa ini, maka pada tahun 1493 penguasa tertimggi Roma Katolik  Paus Alexander VI Borgian  menetapkan pembagian dua wilayah pelayaran, perdagangan dan kolonisasi daerah-daerah baru untuk kedua alat kekuasaan ini.

Dalam pembagian Paus Alexsander VI Borgian menetapkan Bahwa :
  • Semua daerah disebelah barat samudera atlantik yang meliputi Amerika dan seterusnya menjadi kewenangan Perdagangan, Kolonisasi dan Pekabaran Injil Bangsa Spanyol (melewati Samudera Pasific); dan
  • Semua daerah disebelah timur dari garis perpisahan yang meliputi, Afrika ,India. Indonesia dan Timur jauh menjadi kewenangan Perdagangan, Kolonisasi dan Pekabaran Injil Bangsa Portugis (melewati Samudera Hindia);
Pada tahun 1497 pelaut Portugis bernama Vasco Da Gama menemukan jalan melalui tanjung harapan (Afrika selatan) yang menghubungkan jalur eropa dan asia yang dikenal jalur sutra. Dalam Pelayaran Perdagangan, membuka daerah-daerah kolonisasi baru dan pekabaran injil, kedua bangsa Spanyol dan portugis akhirnya bertemu di Papua Barat, yaitu : Pada tahun 1511 pengarung samudera bangsa Portugis dipimpin Nakhoda Antonio,d Abreau dan Fransisco serrano  menginjak kaki  dibumi Papua bagian barat dan menguasai pesisir daearah kepala burung. Dan pada tahun 1521 pegarung samudera bangsa Spanyol  dipimpin Nakhoda Antonio Piffageta  menginjak  kaki dibumi Papua bagian Utara dan menguasai  pesisir pantai utara dari barat (Sungai Mamberamo) hingga kebagian timur (Aitape, PNG).

Pada tahun 1545 nakhoda bangsa Spanyol bernama  Ynico Ortiz De retes  menancap bendera bangsa Spanyol dimuara sungai mamberamo bagian timur dan menamakan  "Pulau Nueva-Guinea”, serta membagi Nueva-Guinea menjadi dua wilayah kekuasaan, yaitu :  bagian timur sungai mamberamo menjadi wilayah kekuasaan bangsa Spanyol dan bagian barat sungai mamberamo menjadi wilayah kekuasaan bangsa Portugis.
                              
Pada akhir abad XVI terjadi perebutan kekuasaan jalur perdagangan di Asia oleh Belanda dan Inggris melawan Spanyol dan Portugis,  pada tahun 1600 (abad XVII) Inggris dan Belanda menguasai lautan dari  Spanyol dan Portugis, dan tahun 1602 Vereenigde Oost Indie Compagnie (VOC) dibentuk, Kongsi dagang ini bertugas menghancurkan saingan saingan Belanda dan memperluas daerah perdagangannya.

Akibat dari penguasaan samudera oleh bangsa Inggris dan Belanda megakibatkan terputusnya hubungan pelayaran, perdagangan dan komunikasi bangsa Spanyol dan Portugis di daerah-daerah koloni mereka dengan pusat kegiatan kedua pemerintahan di eropa. Dan akhirnya pada tahun 1620 bangsa Spanyol meninggalkan daerah koloninya di Papua bagian utara setelah sembilan puluh sembilan tahun menguasai daerah ini (tahun 1521 – tahun 1620). Kemudian di susul oleh bangsa Portugis di kepala burung meninggalkan daerah ini pada tahun 1642  setelah seratus tiga puluh satu tahun menguasai daerah ini (tahun 1511 – tahun 1642).

 Daerah Koloni  Pemerintahan  Hindia Belanda.
Peta Pinkerton Wilayah Hindia-Belanda Tahun,1818. 

Peta Pinkerton terbuat dari tembaga menggambarkan Wilayah Hindia-Belanda berwarna kemerahan tembaga yang meliputi: "Dari Burma Selatan ke Jawa, dan dari Kepulauan Andaman India Timur ke arah timur sejauh ke Filipina dan New Guinea sebagian kepala burung. Termasuk seluruh Semenanjung Malaya (Malaysia), terlepas dari Asia Tenggara (Thailand, Kamboja, Vietnam), dan ke Sumatera, Kalimantan dan Filipina".  

Pinkerton menyajikan rincian yang mengesankan mencatat adat-istiadat kelompok-kelompok masyarakat, benteng pertahanan koloni, kota-kota, rawa-rawa, pegunungan, dan sistem sungai. di daerah terkenal seperti Jawa dan Sumatera penuh catatan menarik dan komentar, berbagai situs tambang emas, perkebunan, catatan untuk navigasi sungai, dan komentar pada medan. daerah yang kurang dikenal, diantaranya New Guinea dan pedalaman Kalimantan, sering menampilkan komentar sederhana, "Suchas Air Segar atau Lava". Pulau Singapura, "dieja Sincapoor". Pulau Rakata, "dieja Rakama, yaitu Krakatau yang terkenal meletus pada tahun 1883, menghancurkan pulau secara keseluruhan". Dan mengidentifikasi lebih lanjut pusat penting dari Siam, Bangkok, Malaka, Pegu, Rangoon, Manila, dll.

Pemetaan daerah terbaik dimulai pada abad ke-19. Dibuat oleh L. Herbert dan terukir oleh Samuel Neele dibawah arahan John Pinkerton. Peta ini berasal dari edisi Amerika langka dari Pinkerton Modern Atlas, yang diterbitkan oleh Thomas Dobson & Co dari Philadelphia pada 1818. 

Peta koloni Hindia-Belanda dan sejumlah literatur, dijadikan acuan penulis pada suatu rangkuman asumsi yang memunculkan pertanyaan, "tentang pemahaman yang dimaksud  "Hindia-Belanda" dan "mengapa Hindia-Belanda dipolitisasi dalam cakupan masyarakat Pribumi Nusantara di Indonesia? 

"Untuk menjawab pertanyaan dimaksud, penulis mengacu pada sejarah autentik, terfokus pada permasalahan yang sebenarnya tentang Hindia-Belanda itu sendiri dan sejumlah literatur pendukung". 

Sejarah Hindia Belanda menggambarkan koloni Kapitalisme Belanda yang didukung oleh konglomerat Belanda abad XVI, secara sistematis menguasai pulau Jawa dan pulau-pulau di sekitarnya., terutama untuk tujuan perdagangan. Upaya para Kapitalis Belanda ini berhasil menguasai pulau Jawa dengan menduduki Banten Jawa Barat pada tahun 1596, dan pada, 20 Maret 1602 di bentuk VOC (Vereenigde Oost – Indie Compagnie), suatu kongsi dagang yang bertugas menghancurkan para saingan dagang.

Pada tahun 1609 Pieter Both Gubernur Jenderal VOC pertama diangkat menjalankan Pemerintahan Hindia Belanda yang berkedudukan di Banten (pulau jawa), dan memperluas daerah kekuasaannya pada tahun 1621 (abad XVII) menguasai Batavia (Jakarta) yang kemudian dijadikan daerah pangkal pertama untuk melancarkan operasinya ke daerah-daerah Pribumi Nusantara (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,dll).

Papua Barat pada saat VOC (Hindia-Belanda) menduduki Batavia masih menjadi koloni Spanyol dan Portugis, setelah ditemukan oleh kedua bangsa itu (Portugis dan Spanyol) pada abad XVI. 

Pada tahun 1620 Spanyol meninggalkan Papua Barat bagian utara (Jayapura). Daerah bekas koloni Spanyol ini menjadi incaran para ilmuan dan misionaris eropa. Pada tahun 1623  Belanda mengirim tim expedisi ke Papua Barat dengan nama Ekspedisi kartenz, dan tim ini berhasil menemukan pegunungan salju di pedalaman Papua Barat, dan puncak tersebut diberinama  "Kartenz".

Pada tahun 1641 VOC berhasil merebut selat Malaka  dari kekuasaan Portugis dengan sendirinya VOC Memegang Kendali Perdagangan di Asia Tenggara. Dan dalam upaya penguasaan daerah daerah Pribumi Nusantara, VOC mendapat perlawanan dari para Pribumi Nusantara untuk mempertahankan keberadaan mereka, terutama di daerah Jawa, Makasar dan Maluku.

Pada abad XIX ( tahun 1800 ) perlawanan pribumi nusantara dibagian timur pulau Jawa, terutama di daerah Maluku yang merupakan pintu masuk ke Papua Barat melemah, dampak dari meninggalnya tokoh-tokoh garis keras, diantaranya : Tahun 1805 Sultan Tidore 'Pangeran Nuku' meninggal dunia, maka berakhirlah perlawanan terhadap Pemerintah Hindia-Belanda di Maluku Utara, yang adalah jalur pelayaran ke Papua Barat yang ditinggalkan oleh Portugis dan Spanyol. Dan tahun 1817  Pattimura menyerang benteng Duur Stede di Banda Naira (Ambon) mengakibatkan gugur Residen Vander Berg dan keluarga. Pada bulan Agustus 1817 Belanda merebut kembali Benteng Duur stede dan berhasil menangkap Pattimura dan anak buahnya serta dihukum gantung, maka berakhirlah perlawanan Hindia-Belanda di Maluku Selatan.

Pada tahun 1871 straktat ( Perjanjian ) Sumatra  dibuat oleh  bangsa Inggris dan Pemerintah Hindia-Belanda yang isinya membagi kedua wilayah yaitu : Bangsa Inggris menguuasai Malaka, Kalimantan Utara, dan Pemerintah Hindia-Belanda menguasai Sumatra (Indonesia ). Secara menyeluruh perlawanan pribumi di bagian timur Indonesia melemah, namun sebaliknya perlawanan pribumi di Jawa dan Sumatra pada akhir abad XIX dan abad XX semakin meningkat terhadap pendudukan Pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia yang berpusat di Batavia (Jawa).

Dari sejarah terbentuknya VOC, 20 Maret 1602 sampai dengan bubarnya VOC karena bangkrut pada 31 Desember 1799, teridentifikasi bahwa “Hindia-Belanda” itu sebenarnya bersipat abstrak dari suatu Pemerintah Bayangan yang diadakan oleh para Koglomerat Belanda di Daerah Koloni Hindia Timur, mereka mendapatkan Lisensi dari Pemerintah Kerajaan Belanda “Hak Istimewa” untuk menjalankan fungsi pemerintahan di luar teritorial kerajaan Belanda guna kepentingan komersial yang dapat memberi manfaat ganda bagi para konglomerat itu sendiri  dan memberi devisa untuk negara. "Keputusan Geo-strategi guna mengantisipasi Perlawanan Bangsa Pribumi di wilayah koloni".

Bubarnya VOC karena bangkrut, tidak mempengaruhi Pemerintah Hindia Belanda  yang telah terbentuk dengan berbagai perangkatnya diwilayah Hindia Timur, dengan bermodalkan aset VOC didaerah koloni, dan didukung pemerintah Kerajaan Belanda terhadap daerah-daerah koloni, roda pemerintahan tetap dijalankan. Dan setelah Perjanjian Sumatra ditandatangani 1871 sebagian wilayah Hindia Timur yang dibawah kontrol Pemerintah Hindia-Belanda yang tertera dalam peta Pinkerton 1818 banyak yang terlepas dari kekuasaan Pemerintah Hindia-Belanda.

Praktek Imperialisme dan kapitalisme modern saat ini yang menjadi kebijakan terselubung AS dan Sekutunya dalam bentuk proteksionisme daerah-daerah potensi ekonomi di berbagai negara di belahan bumi terhadap lawan (pesaing) mereka, sebenarnya itu bagian dari strategi model VOC yang dikembangkan oleh AS dan sekutunya pada pertengahan abad XX di kawasan perairan Hindia Timur dan Pasifik. Keberhasilan Praktek VOC melalui Pemerintahan bayanganya “Hindia-Belanda” di kawasan perairan Hindia Timur pada masa lalu, yang didukung melalui Proteksionisme Terselubung Pemerintah Kerajaan Belanda, Amerika Serikat dan Ingris, dapat dihancurkan oleh Jepang yang muncul sebagai kekuatan asia melalui perang pasifik, tahun 1941-1945. 

Dampak dari Pendudukan Pemerintahan Hindia-Belanda di Hindia Timur, dan Perlawanan Bangsa Pribumi terhadap keberadaan Pemerintah Bayangan Hindia-Belanda di Hindia Timur, menyeret Negara Kerajaan Belanda kedalam masalah "Dekolonisasi Wilayah Pribumi Nusantara. Perlawanan Bangsa Pribumi Nusantara ini berakhir di Meja Perundingan di Den Haag. 27 Desember 1949 atas Penyerahan Kedaulatan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS),  diatas Dasar Negara yang Menjamin Hak-Hak Pribumi Nusantara.

Presiden RI Pertama Ir.Soekarno Mengubah Konstitusi RIS ke NKRI pada, 17 Agustus 1950, Pertanda Buruk Bagi  Pribumi Nusantara, Kekuasaan Hindia-Belanda babak kedua dimulai,dengan tidak mengubah taktik kekuasaan yaitu, "Jakarta dijadikan Batavia kembali, Menindas Hak-Hak Pribumi Nusantara dibawah kendali Proteksionisme, Kapitalisme, dan Imperialisme AS dan Sekutunya.

Zending di West Nieuw Guinea (Papua Barat), Pionir Peradaban Bangsa Papua.
Carl Williem Ottow (1826-1862) dan Johan Gttlod Geissler (1830-1870)

Pada masa pendudukan Spanyol dan Portugis di Papua Barat, terutama penduduk Papua Barat yang berada di pesisir pantai barat kepala burung (Sorong) dan pantai utara (Jayapura) sudah mengenal Gereja yang disebarkan oleh "Misi Ordo Yesuit Roma Katolik"pada saat itu.

Misi Ordo Yesuit pada saat itu mendapat protes dari kaum Fransiskan dan Dominikan karena mengkombinasikan kepercayaan kafir (agama suku) dengan ajaran Alkitab, yang dinilai sangat bertentangan dengan ajaran Yesus Kristus, dan ajaran itu terjadi di daerah-daerah Misi Yesuit termasuk Papua Barat. Pertentangan ini berlanjut hingga akhirnya pada tahun 1704 Paus membenarkan penegasan Kaum Fransiskan dan Dominikan yang menyatakan, para Pater Yesuit Misi Roma Katolik yang ke timur jauh, eropa dan daerah lainnya dibelahan bumi, telah menyimpang dari ajaran gereja yang sebenarnya, dan pada saat itu terjadi reformasi ordo Yesuit yang adalah bagian dari alat Misi Roma Katolik.

Kurang lebih dua abad setelah para misi Ordo Yesuit tinggalkan Papua Barat, tepatnya  pada tanggal 5 Februari 1855 Utusan Ottow dan Geissler tiba di Mansinam Manokwari melalui Ternate dan di ikuti Utusan Zending (U.Z.V) pada tahun 1863 yang terdiri dari Para Pendeta:  JL.Van hasselt, Woelders, Jens, Bink ,Vanbalen dan  Mosche. 

Rasul Papua Barat  Ottow dan Geissler  meletakkan  dasar hidup bagi orang  Papua, “DENGAN NAMA TUHAN KAMI MENGINJAK TANAH INI” Itulah Doa Pertama dari kedua   penginjil  asal Jerman, sesaat setelah menginjakkan kakinya di Mansinam pulau kecil ± 6 Km sebelah timur laut Manokwari, pada 5 Februari 1855. 

West Nieuw-Guinea  Daerah yang tidak Berpemerintahan  diliputi hutan lebat penuh tantangan, dan misteri. Dalam Sejarah Peradaban Bangsa Papua, "Injil menjadi Bibit Unggul, Bertumbuh,  Berkembang,  Membuahkan  Iman dan Kasih mempersatukan suku-suku di Papua Barat. Nama Ottow dan Geissler  adalah Pelopor, Perintis berdirinya “Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua Barat” pada tanggal, 26 oktober 1956 yang kini menjadi anggota Dewan Gereja sedunia. 

Pada masa VOC dan Pemerintahan Hindia Belanda, kepentingan Pekabaran Injil diabaikan, "berfokus pada perdagangan", hal ini mendorong berdirinya “SEMINARIUM INDICUM”   pusat pendidikan pendeta untuk Indonesia di  Leiden Belanda yang berlangsung pada tahun 1623. VOC menilai pendidikan pendeta ini sangat bertentangan dengan kepentingan dagangnya di Hindia-Timur, sehingga mencabut dukungan subsidi terhadap Seminarium Indicum pada tahun 1633 dan ditutup, segala kepentingan Gereja takluk dibawah kekuasaan VOC dengan Pemerintahan Bayangannya Hindia-Belanda. 

“Melihat hal ini, Raja Kerajaan Belanda Willem I membentuk Gereja Protestan di Hindia-Belanda pada tahun 1817, yang seluruhnya dibawah kekuasaan  Negara dan dibiayai oleh Negara Kerajaan Belanda”. 

Keberadaan Gereja Resmi di Hindia-Belanda (Gereja Protestan di Hindia-Belanda) tidak menjalankan fungsi Pekabaran Injil ketanah jauh yang dimaksud Papua Barat, dengan alasan keterisolasian daerah dan diliputi misteri yang sangat menyeramkan. Hal ini mendorong terbentuknya suatu Badan Perhimpunan Pekabaran Injil (PI) di Negeri Belanda, yaitu: UTRECHTSE ZENDINGS VERENIGING(UZV) pada tahun 1859. Badan PI ini sangat Penting dan Berarti bagi Bangsa Papua, yakni: "Membuka Keterisolasian Wilayah Papua Barat dan membangun serta mengangkat manusia Papua yang hidup dibawah pengaruh Zaman Batu, dan sekaligus menjawab berbagai mitos negative Gereja Protestan di Hindia-Belanda terhadap Daerah Papua Barat dan Manusia Papuanya”.

Referensi: Catatan pribadi penulis. Pdt.J.Mamoribo,Ottow dan Geissler Rasul Papua, Sejarah Ringkas GKI di Tanah Papua, Percetakan GKI,1971. H.Berkhof-I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, Gunung Mulia Jakarta,1986. Philip K Hitti, Dunia Arab Sejarah Ringkas, Bandung,s-Gravenhage, 1953. Free Ensiklopedia,Sejarah Nusantara,  tahun 1600 - tahun 1800. P.S.Bos - J.F.Niermeyer, J.B.Wolter Groningen, Den Haag, Weltevrede,1950.

Catata Penulis: 
  • Ordo Yesuit berpendirian pada Theologia Katolik Roma: "Tabiat kodrati (alamiah) manusia tidak dihukum, dan diperdamaikan kembali oleh rahmat Tuhan, melainkan tabiat kodrati itu ditambah, dan disempurnakan saja oleh rahmat".
  • Papua Barat -Sejak ditinggalkan koloni Spanyol dan Portugis, menjadi daerah Pekabaran Injil hingga Perang Dunia ke-II di ambil alih oleh Pemerintahan Kerajaan Belanda pada Tanggal, 27 Desember 1949 dengan Nomenklatur Daerah, "Nederlands Nieuw-Guinea".
  • UZV dibentuk oleh Golongan Buruh Kristen Eropah di-Utrechtse Belanda pada tahun 1859. Lembaga ini yang mengelola Pekabaran Injil  di Tanah Papua Barat, dan adalah bagian dari utusan Gossner, Ottow dan Geissler yang memulai Misi Penginjilannya di Tanah Papua Barat pada, 5 Februari 1855.
  • Gereja Protestan di Hindia Belanda dalam perkembangannya setelah Indonesia merdeka menjadi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).
  • Zending di Tanah Papua Barat dalam perkembangannya setelah Perang Dunia ke-II, Kerajaan Belanda mengambil alih Pekerjaan Zending di Tanah Papua Barat, berkembang menjadi Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua yang diresmikan pada tanggal 26 Oktober 1956 menjadi bagian dari Dewan Gereja Sedunia .
  • Dua Rasul Papua Barat "Ottow dan Geissler", adalah landasan Peradaban Bangsa Papua (Kgr)

Entri yang Diunggulkan

    MELIHAT DASAR   KONFLIK WILAYAH PAPUA BARAT   Oleh: Kristian Griapon, September 6, 2024. Pengantar: Era teknolgi digital memba...