Genyem Putra

BERSUARA YANG BENAR

Minggu, 14 Februari 2021

 

Konferensi Meja Bundar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
"Pengakuan kedaulatan Indonesia" beralih ke halaman ini. Untuk pengakuan pemerintah Belanda tahun 2005, lihat Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda.
Konferensi Meja Bundar
bahasa Belanda: Nederlands-Indonesiche rondetafelconferentie
bahasa Inggris: Dutch-Indonesian Round Table Conference
{{{image_alt}}}
Konferensi Meja Bundar
Dirancang23 Agustus 1949
Ditandatangani2 November 1949
LokasiDen Haag, Belanda
Berlaku27 Desember 1949 (Penyerahan Kedaulatan)
Syarat
  • Kerajaan Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia yang sepenuhnya kepada Republik Indonesia Serikat dengan tidak bersyarat lagi dan tidak dapat dicabut, dan karena itu mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.
  • Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu atas dasar ketentuan-ketentuan pada Konstitusinya; rancangan konstitusi telah dipermaklumkan kepada Kerajaan Belanda.
Penandatangan
  •  Indonesia

  •  Belanda
  • Bendera Belanda BFO

  •  Perserikatan Bangsa-Bangsa
    • Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
    • Komisi Tiga Negara
Negara anggota
  •  Indonesia

  •  Belanda
  • Bendera Belanda Nugini Belanda
  • Kesultanan Pontianak
  • Negara Indonesia Timur
  • Negara Madura
  • Negara Pasundan
  • Negara Sumatra Timur
  • Dayak Besar

  •  Amerika Serikat
  •  Australia
  •  Belgia
  •  Britania Raya
  • Bendera Prancis Prancis
  •  Republik Tiongkok
  •  Uni Soviet
PenyimpanKerajaan Belanda
BahasaBelanda

Konferensi Meja Bundar (KMB) (bahasa Belanda: Nederlands-Indonesische rondetafelconferentie) adalah sebuah pertemuan yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November 1949 antara perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg), yang mewakili berbagai negara yang diciptakan Belanda di kepulauan Indonesia.[1] Sebelum konferensi ini, berlangsung tiga pertemuan tingkat tinggi antara Belanda dan Indonesia, yaitu Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948), dan Perjanjian Roem-Royen (1949). Konferensi ini berakhir dengan kesediaan Belanda untuk menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat.

Daftar isi

  • 1 Latar belakang
  • 2 Negosiasi
  • 3 Hasil
  • 4 Dampak
  • 5 Referensi
  • 6 Daftar pustaka
  • 7 Pranala luar

Latar belakang

Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan berakhir dengan kegagalan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia internasional. Belanda dan Indonesia kemudian mengadakan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomasi, lewat perundingan Linggarjati dan perjanjian Renville. Pada 28 Januari 1949, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa meloloskan resolusi yang mengecam serangan militer Belanda terhadap tentara Republik di Indonesia dan menuntut dipulihkannya pemerintah Republik. Diserukan pula kelanjutan perundingan untuk menemukan penyelesaian damai antara dua pihak.[2]

Menyusul Perjanjian Roem-Royen pada 6 Juli, yang secara efektif ditetapkan oleh resolusi Dewan Keamanan, Mohammad Roem mengatakan bahwa Republik Indonesia, yang para pemimpinnya masih diasingkan di Bangka, bersedia ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar untuk mempercepat penyerahan kedaulatan.[3]

Pemerintah Indonesia, yang telah diasingkan selama enam bulan, kembali ke ibu kota sementara di Yogyakarta pada 6 Juli 1949. Demi memastikan kesamaan posisi perundingan antara delegasi Republik dan federal, dalam paruh kedua Juli 1949 dan sejak 31 Juli–2 Agustus, Konferensi Inter-Indonesia diselenggarakan di Yogyakarta antara semua otoritas bagian dari Republik Indonesia Serikat yang akan dibentuk. Para partisipan setuju mengenai prinsip dan kerangka dasar untuk konstitusinya.[4] Menyusul diskusi pendahuluan yang disponsori oleh Komisi PBB untuk Indonesia di Jakarta, ditetapkan bahwa Konferensi Meja Bundar akan digelar di Den Haag.

Negosiasi

Perundingan menghasilkan sejumlah dokumen, di antaranya Piagam Kedaulatan, Statuta Persatuan, kesepakatan ekonomi serta kesepakatan terkait urusan sosial dan militer.[5] Mereka juga menyepakati penarikan mundur tentara Belanda "dalam waktu sesingkat-singkatnya", serta Republik Indonesia Serikat memberikan status bangsa paling disukai kepada Belanda. Selain itu, tidak akan ada diskriminasi terhadap warga negara dan perusahaan Belanda, serta Republik bersedia mengambil alih kesepakatan dagang yang sebelumnya dirundingkan oleh Hindia Belanda.[6] Akan tetapi, ada perdebatan dalam hal utang pemerintah kolonial Belanda dan status Papua Barat.

J.H. van Maarseveen, Sultan Hamid II dan Mohammad Hatta menandatangani Perjanjian Meja Bundar, 2 November 1949

Perundingan mengenai utang luar negeri pemerintah kolonial Hindia Belanda berlangsung berkepanjangan, dengan masing-masing pihak menyampaikan perhitungan mereka dan berpendapat mengenai apakah Indonesia Serikat mesti menanggung utang yang dibuat oleh Belanda setelah mereka menyerah kepada Jepang pada 1942. Delegasi Indonesia terutama merasa marah karena harus membayar biaya yang menurut mereka digunakan oleh Belanda dalam tindakan militer terhadap Indonesia. Pada akhirnya, berkat intervensi anggota AS dalam komisi PBB untuk Indonesia, pihak Indonesia menyadari bahwa kesediaan membayar sebagian utang Belanda adalah harga yang harus dibayar demi memperoleh kedaulatan. Pada 24 Oktober, delegasi Indonesia setuju untuk menanggung sekitar 4,3 miliar gulden utang pemerintah Hindia Belanda.[7]

Permasalahan mengenai Papua Barat juga hampir menyebabkan pembicaraan menjadi buntu. Delegasi Indonesia berpendapat bahwa Indonesia harus meliputi seluruh wilayah Hindia Belanda. Di pihak lain, Belanda menolak karena mengklaim bahwa Papua Barat tidak memiliki ikatan etnik dengan wilayah Indonesia lainnya.[8] Meskipun opini publik Belanda yang mendukung penyerahan Papua Barat kepada Indonesia, kabinet Belanda khawatir tidak akan dapat meratifikasi Perjanjian Meja Bundar jika poin ini disepakati.[9] Pada akhirnya, pada awal 1 November 1949 suatu kesepakatan diperoleh, status Papua Barat akan ditentukan melalui perundingan antara Indonesia Serikat dengan Belanda dalam waktu satu tahun setelah penyerahan kedaulatan.[10]

Hasil

Konferensi secara resmi ditutup di gedung parlemen Belanda pada 2 November 1949. Isi perjanjian konferensi adalah sebagai berikut:

  1. Keradjaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas Indonesia jang sepenuhnja kepada Republik Indonesia Serikat dengan tidak bersjarat lagi dan tidak dapat ditjabut, dan karena itu mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.
  2. Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu atas dasar ketentuan-ketentuan pada Konstitusinja; rantjangan konstitusi telah dipermaklumkan kepada Keradjaan Nederland.
  3. Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnja pada tanggal 30 Desember 1949

—Rantjangan Piagam Penjerahan Kedaulatan.[11]


Keterangan tambahan mengenai hasil tersebut adalah sebagai berikut:

  • Serah terima kedaulatan atas wilayah Hindia Belanda dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, kecuali Papua bagian barat. Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia Belanda menjadi daerah Indonesia, sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua bagian barat negara terpisah karena perbedaan etnis. Konferensi ditutup tanpa keputusan mengenai hal ini. Karena itu pasal 2 menyebutkan bahwa Papua bagian barat bukan bagian dari serah terima, dan bahwa masalah ini akan diselesaikan dalam waktu satu tahun.[12][13][14][15]
  • Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda-Indonesia, dengan pemimpin kerajaan Belanda sebagai kepala negara
  • Pengambilalihan utang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat

Parlemen Belanda memperdebatkan kesepakatan tersebut, dan Majelis Tinggi dan Rendah meratifikasinya pada tanggal 21 Desember oleh mayoritas dua pertiga yang dibutuhkan. Terlepas dari kritik khususnya mengenai asumsi utang pemerintah Belanda dan status Papua Barat yang belum terselesaikan, legislatif Indonesia, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), meratifikasi kesepakatan tersebut pada tanggal 14 Desember 1949. Kedaulatan dipindahkan kepada Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember 1949.[9][16]

Dampak

Lihat pula: Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda

Tanggal 27 Desember 1949, pemerintahan sementara negara dilantik. Soekarno menjadi Presidennya, dengan Hatta sebagai Perdana Menteri, yang membentuk Kabinet Republik Indonesia Serikat. Indonesia Serikat dibentuk seperti republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16 negara bagian dan merupakan persekutuan dengan Kerajaan Belanda.

Tanggal penyerahan kedaulatan oleh Belanda ini juga merupakan tanggal yang diakui oleh Belanda sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia. Barulah sekitar enam puluh tahun kemudian, tepatnya pada 15 Agustus 2005, pemerintah Belanda secara resmi mengakui bahwa kemerdekaan de facto Indonesia bermula pada 17 Agustus 1945. Dalam sebuah konferensi di Jakarta, Perdana Menteri Belanda Ben Bot mengungkapkan "penyesalan sedalam-dalamnya atas semua penderitaan" yang dialami rakyat Indonesia selama empat tahun Revolusi Nasional, meski ia tidak secara resmi menyampaikan permohonan maaf. Reaksi Indonesia kepada posisi Belanda umumnya positif; Menteri Luar Negeri Indonesia Hassan Wirayuda mengatakan bahwa, setelah pengakuan ini, "akan lebih mudah untuk maju dan memperkuat hubungan bilateral antara dua negara".[17]

Terkait utang Hindia Belanda, Indonesia membayar sebanyak kira-kira 4 miliar gulden dalam kurun waktu 1950-1956 namun kemudian memutuskan untuk tidak membayar sisanya.[18]

Referensi

  1. ^ Critchley to Department of External Affairs Australian Department of Foreign Affairs and Trade
  2. ^ Ide Anak Agung Gde Agung 1973, hlm. 60.
  3. ^ Ide Anak Agung Gde Agung 1973, hlm. 64-65.
  4. ^ Ide Anak Agung Gde Agung 1973, hlm. 66-67.
  5. ^ Ide Anak Agung Gde Agung 1973, hlm. 70.
  6. ^ Kahin 1961, hlm. 437.
  7. ^ Kahin 1961, hlm. 439-441, 443.
  8. ^ Ide Anak Agung Gde Agung 1973, hlm. 67.
  9. ^ a b Kahin 1961, hlm. 443-444.
  10. ^ Ide Anak Agung Gde Agung 1973, hlm. 69-70.
  11. ^ Kolff 1949, hlm. 15.
  12. ^ The Indonesian Question in the United Nations Embassy of Indonesia, Oslo
  13. ^ Papuan self-determination - Historical roots V WebDiary.com.au
  14. ^ Chronology of Papua papuaweb.org
  15. ^ Ricklefs 1993, hlm. 224-225.
  16. ^ Ide Anak Agung Gde Agung 1973, hlm. 70-71.
  17. ^ "Dutch withhold apology in Indonesia". New York Times. 17 Agustus 2005. Diakses tanggal 12 Juli 2013.
  18. ^ Pembayaran utang Hindia Belanda oleh Indonesia

Daftar pustaka

Wikisource memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini:

United Nations Security Council Resolution 63

Wikisource memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini:

Indonesia diterima menjadi anggota PBB

  • Kolff (pub) (1949), Hasil-Hasil Konperensi Medja Bundar sebagaimana diterima pada Persidangan Umum yang kedua Terlangsung Tangal 2 Nopember 1949 di Ridderzaal di Kota 'S-Gravenhage (Results of the Round Table Conference as Accepted at the Plenary Session on 2 November 1949 at the Knight's Hall [Parliament Building] in the Hague) (dalam bahasa Indonesian), Djakarta: Kolff
  • Ide Anak Agung Gde Agung (1973), Twenty Years Indonesian Foreign Policy: 1945–1965, Mouton & Co, ISBN 979-8139-06-2
  • Kahin, George McTurnan (1961) [1952], Nationalism and Revolution in Indonesia, Ithaca, New York: Cornell University Press
  • Ricklefs, M.C. (1993), A History of Modern Indonesia Since c.1300 (edisi ke-2nd), London: MacMillan, ISBN 0-333-57689-6
  • Taylor, Alastair M. (1960), Indonesian Independence and the United Nations, Ithaca, N.Y.: Cornell University Press, ISBN 0-837-18005-8

Pranala luar

  • Pembayaran utang Hindia Belanda oleh Indonesia
  • Video: Transfer of sovereignty over Indonesia 1949
  • l
  • b
  • s
Revolusi Nasional Indonesia
Awal
  • Hindia Belanda
  • Pendudukan Hindia Belanda oleh Jepang
  • Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
LaSalle 1940 Series 52 Sedan Burnt Out During The British Occupation of Java SE5724.jpg
Upaya diplomatik
  • Konferensi Malino
  • Perundingan Linggarjati
  • Konferensi Denpasar
  • Perjanjian Renville
  • Perjanjian Roem-Roijen
  • Konferensi Meja Bundar
  • Resolusi 27 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
  • Garis Van Mook
Konflik militer
  • Tentara Nasional Indonesia
  • Angkatan Darat Kerajaan Belanda
  • Angkatan Darat Kerajaan Hindia Belanda
  • Pertempuran Surabaya
  • Agresi Militer Belanda I
  • Agresi Militer Belanda II
  • Pertempuran Medan
  • Pertempuran Ambarawa
  • Bandung Lautan Api
  • Kampanye Sulawesi Selatan
  • Pemberontakan PKI 1948
  • Serangan Umum 1 Maret 1949
  • Serangan Umum Surakarta
  • Kudeta APRA
  • Pemberontakan Makassar
  • Darul Islam
  • Bersiap
Tokoh
  • Soekarno
  • Mohammad Hatta
  • Soetan Sjahrir
  • Soedirman
  • Abdul Haris Nasution
  • Hamengkubuwono IX
  • Bung Tomo
  • Tan Malaka
  • Hubertus van Mook
  • Simon Spoor
  • Raymond Westerling
  • Sultan Hamid II
Lembaga administratif
  • Republik Indonesia Serikat
  • Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
  • Komite Nasional Indonesia Pusat
  • Hindia Belanda
  • NICA
Kategori:
  • Sejarah Indonesia
  • Sejarah Belanda
  • Sejarah Den Haag
  • Indonesia dalam tahun 1949

Menu navigasi

  • Belum masuk log
  • Pembicaraan
  • Kontribusi
  • Buat akun baru
  • Masuk log
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Lihat sumber
  • Versi terdahulu

  • Halaman Utama
  • Perubahan terbaru
  • Artikel pilihan
  • Peristiwa terkini
  • Halaman baru
  • Halaman sembarang

Komunitas

  • Warung Kopi
  • Portal komunitas
  • Bantuan

Wikipedia

  • Tentang Wikipedia
  • Pancapilar
  • Kebijakan
  • Menyumbang
  • Hubungi kami
  • Bak pasir

Bagikan

  • Facebook
  • Twitter

Perkakas

  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Halaman istimewa
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Butir di Wikidata
  • Pranala menurut ID

Cetak/ekspor

  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak

Dalam proyek lain

  • Wikimedia Commons

Bahasa lain

  • العربية
  • English
  • Español
  • Français
  • Jawa
  • Bahasa Melayu
  • Nederlands
  • Русский
  • Tiếng Việt
Sunting interwiki
  • Halaman ini terakhir diubah pada 17 Desember 2020, pukul 11.14.
- Februari 14, 2021 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Entri yang Diunggulkan

  “Kemerdekaan kita tidak datang dengan mudah ... Ingat pengorbanan kita.” – Motarilavoa Hilda Lini Ny.Motaliravoa Hilda Lini. Foto: Mi...

  • (tanpa judul)
      SISI GELAP  HAK KEMERDEKAAN BANGSA PAPUA Keterlibatan    Pangeran Bernard Dalam Masalah Nugini Belanda Pangeran Bernard dan Presiden A...
  • (tanpa judul)
        MELIHAT DASAR   KONFLIK WILAYAH PAPUA BARAT   Oleh: Kristian Griapon, September 6, 2024. Pengantar: Era teknolgi digital memba...
  • Manifesto Politik 19 Oktober 1961 Mendapat Pengakuan 1 Desember 1961, Spirit Fundamentalisme Papua Merdeka.
    Merefleksi 61 Tahun Perjanjian New York, 15 Agustus 1962 - 15 Agustus 2023 By: Kristian Griapon, Agustus 12, 2023. 1 Desember 1961 adala...

Cari Blog Ini

Genyem Putra Blogger

Profil Admin

Foto saya
kristiangriapon.blogspot.com
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

  • ▼  2025 (4)
    • ▼  Mei (2)
      • ▼  Mei 30 (1)
        •   “Kemerdekaan kita tidak datang dengan mudah ...
      • ►  Mei 13 (1)
    • ►  April (2)
      • ►  Apr 28 (1)
      • ►  Apr 18 (1)
  • ►  2024 (18)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 06 (1)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 28 (1)
      • ►  Agu 27 (1)
    • ►  Juli (2)
      • ►  Jul 21 (1)
      • ►  Jul 02 (1)
    • ►  Juni (1)
      • ►  Jun 17 (1)
    • ►  April (1)
      • ►  Apr 09 (1)
    • ►  Maret (3)
      • ►  Mar 31 (1)
      • ►  Mar 07 (1)
      • ►  Mar 03 (1)
    • ►  Februari (3)
      • ►  Feb 21 (1)
      • ►  Feb 11 (1)
      • ►  Feb 06 (1)
    • ►  Januari (5)
      • ►  Jan 28 (1)
      • ►  Jan 24 (1)
      • ►  Jan 23 (1)
      • ►  Jan 20 (1)
      • ►  Jan 08 (1)
  • ►  2023 (34)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 31 (1)
    • ►  September (7)
      • ►  Sep 24 (1)
      • ►  Sep 21 (1)
      • ►  Sep 11 (1)
      • ►  Sep 10 (1)
      • ►  Sep 09 (1)
      • ►  Sep 07 (1)
      • ►  Sep 05 (1)
    • ►  Agustus (6)
      • ►  Agu 31 (1)
      • ►  Agu 26 (1)
      • ►  Agu 16 (1)
      • ►  Agu 12 (1)
      • ►  Agu 07 (1)
      • ►  Agu 04 (1)
    • ►  Juli (1)
      • ►  Jul 06 (1)
    • ►  Juni (4)
      • ►  Jun 25 (1)
      • ►  Jun 10 (1)
      • ►  Jun 07 (1)
      • ►  Jun 04 (1)
    • ►  Mei (7)
      • ►  Mei 28 (1)
      • ►  Mei 27 (1)
      • ►  Mei 24 (1)
      • ►  Mei 22 (1)
      • ►  Mei 17 (1)
      • ►  Mei 10 (1)
      • ►  Mei 01 (1)
    • ►  April (3)
      • ►  Apr 20 (1)
      • ►  Apr 10 (1)
      • ►  Apr 06 (1)
    • ►  Maret (2)
      • ►  Mar 28 (1)
      • ►  Mar 05 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 28 (1)
      • ►  Feb 25 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 29 (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  Desember (4)
      • ►  Des 29 (1)
      • ►  Des 23 (1)
      • ►  Des 14 (1)
      • ►  Des 11 (1)
    • ►  Januari (2)
      • ►  Jan 20 (1)
      • ►  Jan 16 (1)
  • ►  2021 (32)
    • ►  April (5)
      • ►  Apr 22 (1)
      • ►  Apr 20 (1)
      • ►  Apr 18 (1)
      • ►  Apr 06 (1)
      • ►  Apr 05 (1)
    • ►  Maret (6)
      • ►  Mar 26 (1)
      • ►  Mar 21 (1)
      • ►  Mar 19 (1)
      • ►  Mar 18 (2)
      • ►  Mar 12 (1)
    • ►  Februari (20)
      • ►  Feb 24 (2)
      • ►  Feb 17 (1)
      • ►  Feb 16 (1)
      • ►  Feb 14 (4)
      • ►  Feb 13 (1)
      • ►  Feb 12 (1)
      • ►  Feb 11 (2)
      • ►  Feb 07 (3)
      • ►  Feb 06 (1)
      • ►  Feb 05 (3)
      • ►  Feb 04 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 02 (1)
  • ►  2020 (28)
    • ►  Desember (1)
      • ►  Des 25 (1)
    • ►  November (2)
      • ►  Nov 24 (1)
      • ►  Nov 13 (1)
    • ►  Oktober (2)
      • ►  Okt 07 (1)
      • ►  Okt 05 (1)
    • ►  September (6)
      • ►  Sep 14 (1)
      • ►  Sep 13 (2)
      • ►  Sep 05 (2)
      • ►  Sep 03 (1)
    • ►  Agustus (6)
      • ►  Agu 31 (1)
      • ►  Agu 30 (1)
      • ►  Agu 24 (1)
      • ►  Agu 20 (1)
      • ►  Agu 17 (1)
      • ►  Agu 14 (1)
    • ►  Juli (6)
      • ►  Jul 27 (1)
      • ►  Jul 24 (1)
      • ►  Jul 23 (1)
      • ►  Jul 17 (1)
      • ►  Jul 16 (1)
      • ►  Jul 09 (1)
    • ►  Juni (4)
      • ►  Jun 30 (1)
      • ►  Jun 27 (1)
      • ►  Jun 22 (1)
      • ►  Jun 16 (1)
    • ►  April (1)
      • ►  Apr 02 (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  April (1)
      • ►  Apr 05 (1)
    • ►  Maret (3)
      • ►  Mar 05 (1)
      • ►  Mar 04 (1)
      • ►  Mar 03 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 28 (1)
      • ►  Feb 24 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 28 (1)
  • ►  2018 (3)
    • ►  Desember (1)
      • ►  Des 04 (1)
    • ►  November (2)
      • ►  Nov 30 (1)
      • ►  Nov 27 (1)

Laporkan Penyalahgunaan

Total Tayangan Halaman

MEDIA INFORMASI

MEDIA INFORMASI
Jadikanlah Media Jendela Dunia, memberikan informasi yang "Benar".

Pengikut

Wikipedia

Hasil penelusuran

Translate

Genyem Putra Blogger

Powered By Blogger
Hak Intelektual*). Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.